Bisnis.com,MANADO— Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara akan menggenjot sejumlah sektor unggulan sebagai bagian dari upaya untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi Bumi Nyiur Melambai pada 2020.
“Jadi pertanian, perikanan, pariwisata itu sektor unggulan kami. Jadi, kami selalu fokus di situ [prioritas],” ujar Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Praseno Hadi di Kota Manado, Rabu (11/12/2019).
Dia mengatakan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey optimistis perekonomian Bumi Nyiur Melambai masih akan tumbuh pada 2020. Pemerintah Provinsi (Pemprov) meyakini pertumbuhan ekonomi mampu menembus 6,2% tahun depan.
Preseno menjelaskan bahwa optimisme itu ditopang sejumlah faktor. Salah satunya pembangunan proyek infrastruktur yang akan lebih gencar tahun depan baik menggunakan APBN, APBD, maupun dana swasta.
“Kawasan ekonomi khusus [KEK] Likupang begitu menjadi destinasi super prioritas, semua infrastruktur akan mengarah ke sini. Bahkan, Presiden mengatakan akan mengecek sendiri proyek di Likupang,” jelasnya.
Selain infrastruktur, Pemprov Sulut mengatakan akan menggenjot sektor pertanian. Apalagi, lapangan usaha itu menjadi andalan masyarakat Bumi Nyiur Melambai.
Preseno mendorong agar perbankan memberikan kemudahan kredit kepada petani dan pelaku usaha kecil menengah (UKM). Tujuannya, agar pertumbuhan ekonomi menjadi lebih cepat dan tidak terjadi kekurangan modal.
Untuk pertumbuhan ekonomi 2019, dia mengharapkan agar inflasi dapat terkendali pada pengujung tahun ini. Pihaknya memproyeksikan angka inflasi akhir kuartal IV/2019 tidak melewati 4%.
“Mudah-mudahan [kuartal IV/2019] bisa mencapai angka inflasi sampai nilai 4% atau di bawahnya bisa lebih bagus. Jadi, pertumbuhan ekonomi tidak terdilusi,” tuturnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Satistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Ateng Hartono mengatakan inflasi Bumi Nyiur Melambai yang diwakili Kota Manado sebesar 3,30% pada November 2019. Posisi itu jauh lebih tinggi dari inflasi nasional pada periode yang sama sebesar 0,14% bahkan menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Dia menjelaskan bahwa inflasi tahun kalender Sulut sampai dengan November 2019 sebesar 5,50% atau lebih tinggi dari nasional 2,37%. Sementara itu, inflasi year on year (yoy) tercatat sebesar 6,32% sedangkan nasional 3,00%.
Dari sisi kelompok, Ateng mengatakan bahan makanan menjadi kontributor terbesar bagi inflasi Sulut baik secara month to month (mtm), yoy, maupun tahun kalender. Untuk inflasi mtm misalnya, bahan makanan tercatat mengalami inflasi 13,60%.
Lebih detail, tomat sayur menjadi penyumbang inflasi terbesar di Sulut. Komoditas itu memiliki andil sebesar 3,41% terhadap inflasi.