Bisnis.com, MANADO – Kinerja pengapalan, baik ekspor maupun impor, Sulawesi Utara pada Februari 2018 tercatat lesu. Hal ini berimbas pada menyusutnya surplus neraca perdagangan Bumi Nyiur Melambai.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut), nilai ekspor nonmigas pada Februari 2018 tercatat senilai US$75,52 juta, anjlok sekitar 33,57% dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu senilai US$113,68 juta.
“Penurunan ini antara lain disebabkan oleh turunnnya nilai ekspor lemak dan minyak hewani/nabati, yang mendominasi nilai ekspor nonmigas di Sulut,” tulis BPS Sulut, seperti dikutip pada Kamis (15/3/2018).
Bagaimana pun, lebih dari 60% dari total nilai ekspor Sulut pada Februari 2018 disumbang oleh komoditi lemak dan minyak hewani/nabati. Golongan barang itu, masih dalam data tersebut, diekspor a.l. ke China, Jepang, Korea Selatan, dan Belanda.
Bersamaan dengan pengerutan ekspor, nilai impor juga menunjukkan penurunan. Pada Februari 2018, impor ke Sulut tercatat senilai US$2,86 juta, terkoreksi hingga 86,41% jika dibandingkan dengan performa Februari tahun lalu senilai US$21,04 juta.
“Penurunan ini antara lain disebabkan oleh penurunan nilai impor hampir dari semua komoditi impor, dan hanya golongan plastik dan barang dari plastik; besi dan baja; serta produk keramik yang mengalami kenaikan,” imbuh BPS.
Secara total, neraca perdagangan pada Februari tahun ini masih surplus sekitar US$72,66 juta, tapi menyusut 21,57% dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu senilai US$92,64 juta.