Bisnis.com, MAKASSAR - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Maret 2025 sebanyak 698.130 orang, berkurang 38.850 orang pada Maret 2024.
Jika dibandingkan dengan posisi September 2024, penduduk miskin di wilayah Sulsel juga berkurang 13.640 orang.
Dari sisi persentase, penduduk miskin di Sulsel pada Maret 2025 tercatat sebesar 7,60%, turun 0,46% poin terhadap Maret 2024 dan turun 0,19% poin dari September 2024.
Kepala BPS Provinsi Sulsel Aryanto mengatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan di wilayah ini.
Antara lain, perekonomian Sulsel pada kuartal I/2025 tumbuh positif sebesar 5,78% year on year (yoy). Sedangkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan pada Maret 2025 naik 5,57% jika dibanding Maret 2024.
"Kemudian pertanian Sulsel juga mengalami pertumbuhan tertinggi hingga 16,56% pada kuartal I/2025, didorong oleh peningkatan produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perikanan," kata Aryanto dalam konferensi pers di Makassar, Jumat (25/7/2025).
Baca Juga
Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode September 2024-Maret 2025, jumlah penduduk miskin perkotaan turun menjadi 227.840 orang, demikian halnya di pedesaan turun menjadi 470.290 orang.
Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 5,21% menjadi 5,14%. Sama halnya di pedesaan yang turun dari 10,11% menjadi 9,88%.
Sementara itu garis kemiskinan di Sulsel pada Maret 2025 adalah sebesar Rp477.966 per kapita per bulan. Dibandingkan September 2024, garis kemiskinan naik sebesar 2,13%.
Aryanto menjelaskan peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan, terhadap perkembangan garis kemiskinan.
Di mana garis kemiskinan makanan memengaruhi 74,89% terhadap garis kemiskinan pada Maret 2025.
Komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan, yaitu beras memberi andil 22,85% di perkotaan dan 26,68% di pedesaan. Kemudian rokok kretek filter memberi andil 12,28% di perkotaan dan 11,36% di pedesaan.
Selanjutnya ada komoditas telur ayam ras menyumbang 4,25% di perkotaan dan 3,55% di pedesaan, serta bandeng 3,17% di perkotaan dan 3,58% di pedesaan.
"Sedangkan komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar, baik pada perkotaan dan pedesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, pakaian jadi perempuan dewasa, serta perawatan kulit, muka, kuku dan rambut," tutur Aryanto.