Kehadiran produk digital itu dinilai mendapat respons yang baik dari nasabah. Hal itu terlihat dari adanya peningkatan transaksi perbankan atau fee based income yang cukup besar. Pendapatan itu pun berkontribusi pada laba perusahaan.
Irmayanti, yang masih berkutat dengan berbagai laporan di ruang kerjanya saat waktu menunjukkan pukul 13.25 WITA, mengatakan selama tiga tahun terakhir, laba perusahaan menunjukkan kinerja positif.
Tercatat pada 2018, laba bersih dari Bank Sulselbar mencapai Rp605,12 miliar. Laba mengalami pertumbuhan sebesar 1,81 persen menjadi Rp616 miliar pada 2019. Lalu, pada 2020 laba perusahaan tercatat sebesar Rp620,93 miliar atau tumbuh sebesar 0,69 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga : Restrukturisasi Kredit Berjalan Baik, NPL Bank Sulselbar Masih Rendah |
---|
"Dalam memaksimalkan jangkauan layanan kami, pada tahun ini secara resmi Bank Sulselbar juga sudah menjadi bank pelaksana sistem pembayaran melalui QRIS," ungkap wanita yang gemar berolahraga lari dan bersepeda ini.
Bank Sulselbar telah bekerjasama dengan 1.200 merchant (pedagang) untuk penerapan sistem pembayaran tersebut. Sebanyak 333 merchant di antaranya merupakan merchant ETP atau elektronifikasi transaksi pemda.
Menurut data yang ada, hingga Maret 2020, UMKM menjadi sektor yang paling banyak berkontribusi pada penggunaan QRIS yakni sebesar 62,3 persen.
Rencananya, perluasan sistem pembayaran digital ini juga akan dilakukan hingga ke daerah pelosok. Hanya, ada kendala yang mesti lebih dulu ditangani yakni ketersediaan jaringan internet.
Namun, Magister Manajemen Universitas Hasanuddin ini mengungkapkan, dalam mengatasi permasalahan ini, Bank Indonesia siap memediasi dengan pemerintah untuk menghadirkan jaringan internet yang memadai.
Keseriusan Bank Sulselbar dalam pengembangan layanan bank digital berpotensi membawanya menjadi pemimpin. Tak hanya dalam kategori BPD, tetapi dalam kategori bank secara umum.
Direktur Oprasional dan TI Bank Sulselbar Irmayanti Sultan (kedua kiri), Pimpinan Departemen Hukum dan Kesekretariatan Group Corporate Sekretary Syahrul Upe (kiri), dan Pimpinan Dana Pihak Ketiga Edwin Syamsuddin berbincang usai memberikan keterangan kepada wartawan terkat produk Quick Response Indonesia Standar (QRIS) di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (9/4/2021). Hingga saat ini Bank Sulselbar telah bekerja sama dengan 1200 mercant dengan jumlah transaksi 7125 dengan nominal Rp600 juta. - Bisnis/Paulus Tandi Bone
Endang Kurnia Saputra, Direktur Advesory dan Pengembangan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulsel, mengatakan BI terus mendorong Bank Sulselbar untuk merambah pasar digital.
"Digitalisasi perbankan yang dilakukan Bank Sulsebar ini memberi kontribusi pada peningkatan literasi keuangan digital. Apalagi, basis nasabahnya sudah besar," kata Endang.
Dengan rencana bisnis yang matang dan menunjang, Bank Sulselbar dinilai mampu menguasai pasar layanan bank digital di wilayah Sulsel. Rencana tersebut mesti digarap secara profesional dan agresif.
Mantan Kepala Perwakilan BI Bengkulu ini menyebut, dari sisi teknologi Bank Sulselbar dipercaya mampu mengatasinya. Dari sisi kinerja pada layanan bank digital, dibandingkan dengan salah himpunan bank milik negara (Himabara), kinerja layanan digital Bank Sulselbar termasuk cukup prima.
PT BNI (Persero) misalnya, khusus BNI Wilayah 07 Makassar, kinerja transaksi digital tumbuh 47 persen sepanjang 2020 hingga 2021. Sementara Bank Sulselbar mampu tumbuh di angka 50 persen sepanjang periode saat tahun terakhir.
Oleh karena itu, untuk terus melakukan pengembangan layanan bank digital, Bank Sulselbar mesti mempertahankan langkah penguatan SDM yang tepat. SDM yang dibutuhkan harus memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan dalam pengembangan layanan bank digital, terutama untuk menghadirkan produk-produk digital yang mampu menjangkau semua kalangan.
Rahmadhani (43) mengaku menikmati kemudahan dari layanan digital Bank Sulselbar. Selama menggunakan Sulselbar Mobile, intensitas mengunjungi bank menjadi lebih berkurang.
“Saya tidak perlu lagi repot bawa uang tunai. Semuanya sudah bisa saya dapatkan dari Sulselbar Mobile,” ungkap pegawai negeri sipil (PNS) di Pemprov Sulsel ini.
Ibu dua anak ini mengaku dimudahkan dalam berbagai proses pembayaran, termasuk untuk pembayaran uang sekolah. Dia membuka ponselnya dan memperlihatkan riwayat transaksi.
Katanya, bertransaksi melalui ponsel tak serepot ketika harus menunggu dan antre di bank. Beradaptasi dengan layanan bank digital itu juga tak ada kesulitan baginya.
Rahmadhani terlihat begitu lihai dan akrab dengan fitur-fitur layanan bank digital yang sudah dia gunakan sejak dua tahun terakhir.
Kantor Bank Sulselbar di Makassar, Sulawesi Selatan. - Ilustrasi
Sayangnya, perkembangan teknologi tampaknya tidak selalu bisa diterima dengan tangan terbuka. Djawiah Baharuddin misalnya, seorang pensiunan guru SMP mengaku kesulitan mengoperasikan ponsel android miliknya. Hanya beberapa fitur umum yang bisa dia gunakan tanpa bantuan orang lain.
"Kalau pakai handphone saya agak kurang paham. Pernah dibantu oleh anak saya, tapi kan mereka tidak selalu bisa ada kalau saya mau transaksi,” kata Djawiah.
Wanita berusia 63 tahun ini mengaku lebih senang melakukan transaksi keuangan dengan langsung mengunjungi bank. Bertemu langsung dengan teller, kata dia membuatnya merasa lebh mudah melakukan transaksi keuangan.