Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Program Electrifying Agriculture PLN di Sulselrabar Telah Jangkau 3.911 Petani

Total daya terpasang yang disalurkan ke tiga provinsi sebesar 194.949 kVA.
Pompanisasi di Dusun Lapinceng, Kabupaten Barru kini gunakan listrik melalui program Electrifying Agriculture PLN./PLN
Pompanisasi di Dusun Lapinceng, Kabupaten Barru kini gunakan listrik melalui program Electrifying Agriculture PLN./PLN

Bisnis.com, MAKASSAR - PT PLN (Persero) mencatat total pelanggan Electrifying Agriculture atau elektrifikasi pertanian di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (Sulselrabar) per Mei 2025 telah ada sebanyak 3.911 pelanggan.

Total daya terpasang yang disalurkan ke tiga provinsi ini secara konsolidasi sebesar 194.949 kiloVolt Ampere (kVA).

Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan akhir 2024 lalu yang mencakup 3.820 pelanggan dengan total daya terpasang sebesar 191.618 kVA.

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Sulselrabar Edyansyah mengatakan program ini memberikan banyak manfaat bagi para petani, khususnya di Sulawesi Selatan (Sulsel).

Berdasarkan survei yang dilakukan pihaknya, hadirnya listrik di persawahan bisa menghemat biaya operasional para petani hingga 55% jika dibandingkan saat menggunakan mesin diesel.

"Dengan pemanfaatan teknologi agrikultur berbasis listrik, ekosistem pertanian di Sulsel menjadi lebih modern, yang kemudian berdampak pada peningkatan produktivitas petani,” ujar Edyansyah melalui keterangan resmi, Selasa (1/7/2025).

Ketua Kelompok Tani Makkawarue di Kabupaten Barru, Sulsel, Andi Tenri Dolo mengatakan dirinya telah memanfaatkan listrik untuk operasionalnya dengan daya sebesar 3.500 Volt Ampere (VA) melalui Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU).

Sebelumnya dia bisa menghabiskan 196 liter Bahan Bakar Minyak (BBM) per panen dengan total biaya Rp1,9 juta untuk mengaliri sawah seluas lima hektare, karena menggunakan mesin diesel.

Setelah menggunakan listrik, Tenri mengaku hanya menghabiskan biaya sekitar Rp840.000 saja untuk membeli token per panen.

"Sebelumnya, kami hanya mengandalkan tadah hujan, sehingga saat musim kemarau cenderung memanfaatkan mesin diesel sebagai sumber energi utama untuk mengairi sawah, padahal biaya operasionalnya cukup tinggi. Dengan listrik, jadi lebih hemat," paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper