Bisnis.com, MANADO— Industri pengolahan ikan di Sulawesi Utara kesulitan untuk bersaing di pasar Amerika Serikat dan Eropa karena tingginya bea masuk yang dikenakan terhadap produk asal Indonesia.
Basmi Said, Ketua Asosiasi Pengolahan Ikan (API) Bitung mengungkapkan ekspor produk ikan olahan dari Sulawesi Utara (Sulut) mengalami penurunan pada 2019. Padahal, untuk periode 2018, terjadi kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Data 2019 justru turun dibandingkan dengan 2018. Ini info data yang langsung dari pengolah,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (19/9/2019).
Dia menjelaskan bahwa produk ikan olahan asal Sulut kalah bersaing di pasar Eropa dan Amerika Serikat. Pasalnya, komoditas itu dikenakan bea masuk hingga 21%.
“Sementara Thailand, Vietnam, dan Filipina mereka 0%,” imbuhnya.
Dari sisi pasokan ikan domestik, Said menyebut saat ini tidak ada kendala. Pasalnya, stok bahan baku menurutnya terbilang melimpah.
Baca Juga
Kendati demikan, pihaknya mengklaim harga yang dibanderol untuk bahan baku ikan di Sulut lebih tinggi dibandingkan dengan Thailand. Selisih harga diperkirakan mencapai Rp3.000—Rp4.000.
“Jadi dari bahan bakunya masih mahal sehingga pelaku unit pengolahan masih kalah kompetitif,” ujarnya.
Berdasarkan pemberitaan Bisnis sebelumnya, total unit pengolahan ikan di Bitung, Sulawesi Utara, saat ini sebanyak 54 pabrik. Kapasitas terpasang berkisar 1.414 ton per hari.
API Bitung mencatat tren utilisasi terus mengalami pertumbuhan positif dalam 2 tahun terakhir. Kendati demikian, tingkat utilisasi belum dapat kembali ke kisaran 50%.