Bisnis.com, MAKASSAR - Upaya pengendalian inflasi di Sulawesi Selatan mulai melibatkan secara aktif BMKG yang bakal berorientasi pada stabilisasi harga pangan dengan mengacu pada perencanaan berbasis kondisi cuaca maupun iklim.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulsel Bambang Kusmiarso mengemukakan pelibatan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) itu diproyeksikan bisa mendukung produktivitas pangan bisa terjaga yang bermuara pada ketersediaan hingga kestabilan harga komoditas di daerah tersebut.
Menurut dia, informasi cuaca, curah hujan maupun iklim dari BMKG pada daerah sentra produksi pangan di Sulsel bisa menjadi salah satu acuan stakeholder dalam melakukan perencanaan waktu tanam, budidaya maupun tangkapan komoditas ikan lebih terukur dan efisien.
"Tidak hanya itu, dukungan dari BMKG juga bisa dimanfaatkan untuk perencanaan ketepatan waktu realistis infrasturktur pada sentra produksi serta hal produktif lainnya yang berkontribusi terhadap pengendalian inflasi maupun perekonomian secara luas," katanya usai MoU antara BI Sulsel dan BMKG, Senin (29/1/2018).
Bambang menjelaskan, dasar pelibatan BMKG itu dilandasi atas terjadinya tekanan harga yang cukup tinggi pada sejumlah komoditas pangan di Sulsel pada beberapa tahun terakhir lantaran terganggunya produktivitas sebagai efek dari pengaruh cuaca.
Adapun komoditas pangan yang dimaksud bahkan berklasifikasi primer diantaranya beras, bawang merah, cabai hingga sejumlah komoditas perikanan yang menjadi konsumsi terbesar di Sulawesi Selatan.
Kendati demikian, laju inflasi Sulsel masih bisa terjaga seperti pada tahun lalu yang berada di level 4,44% atau berada pada sasaran inflasi 4% plus minus 1%.
Kemudian untuk tahun ini, sasaran inflasi berada pada kisaran 3,5% plus minus 1% sehingga membutuhkan upaya lebih kuat lagi agar laju inflasi Sulsel tetap terjaga terkhusus dalam mengurangi tekanan pada segmen inflasi pangan atau volatile food.