Bisnis.com, MAKASSAR - Komoditas primer diprediksi masih memberikan andil yang cukup besar terhadap laju inflasi Sulawesi Selatan pada tahun ini jika tidak segera mendapatkan pola pengendalian yang tepat dan komprehensif.
Deputi Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulsel Dwityapoetra S. Besar mengemukakan pergerakan harga komoditas primer pada segmen bahan makanan berbasis pertanian merupakan pemicu utama pembentukan inflasi yang berada pada level yang relatif tinggi.
Menurut dia, salah satu komoditas yang dimaksud adalah beras yang secara historis kerap mencatatkan pergerakan harga cukup tinggi pada periode tertentu mengikuti permintaan pasar.
"Perlu ada pembenahan pada beberapa aspek untuk penanganan kondisi seperti ini. Sulsel lumbung beras, tetapi justru pembentuk inflasi cukup besar. Pada sisi pola distribusi maupun tata niaga," katanya, Rabu (10/1/2018).
Kendati demikian, Dwityapoetra juga tidak menampik jika faktor alam juga ikut memberikan andil terjadinya kondisi yang mengakibatkan pasokan beras dalam memenuhi kebutuhan pasar terkendal sehingga mengakibatkan terjadinya pergerakan harga.
Khusus untuk kondisi tersebut, lanjut dia, bank sentral menjadwalkan menjalin kerja sama dengan BMKG yang memungkinkan bisa menjadi salah satu acuan perumusan langkah strategis dalam kerangka antisipasi terganggunya produksi pertanian.
Di sisi lain, bank sentral bersama dengan TPID Sulsel juga secara simultan juga melakukan langkah operasi pasar yang bertujuan untuk memantau sekaligus menjaga kestabilan harga komoditas saat terjadi peningkatan permintaan.
Adapun pada tahun ini, sasaran inflasi Sulsel diproyeksi berada pada kisaran 3,5% plus minus 1%, yang mana mampu tercapai jika seluruh langkah pengendalian berjalan secara optimal terutama pada pengendalian harga pada segmen komodotas primer pembentuk inflasi.
Pada tahun lalu, laju inflasi Sulsel berada pada level 4,44% yang mana salah satunya terpicu oleh pergerakan harga komoditas beras di periode akhir tahun meskipun secara keseluruhan masih berada pada sasarn inflasi 2017 di kisaran 4% plus minus 1%.
Sebagai informasi, komoditas beras juga menjadi perhatian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Sulsel lantaran kerap terjadi pergerakan harga kendati dari sisi produksi terus mencatatkan peningkatan bahkan surplus.