Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Inflasi Tahunan Sulsel Capai 4,44% di 2017

Laju inflasi Sulawesi Selatan pada bulan terakhir di 2017 berada level 1,04% seiring dengan indeks harga pada kelompok konsumsi bahan makanan dan sandang yang bergerak signifikan.
antara
antara

Bisnis.com, MAKASSAR - Laju inflasi Sulawesi Selatan pada bulan terakhir di 2017 berada level 1,04% seiring dengan indeks harga pada kelompok konsumsi bahan makanan dan sandang yang bergerak signifikan.

Laju inflasi yang cukup besar pada Desember 2017 itu ikut membentuk laju inflasi tahunan (Januari-Desember 2017) Sulsel berada pada level 4,44% sedangkan secara year to year juga berada pada level 4,44%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Nursam Salam mengemukakan perayaan hari keagamaan pada Desember 2017 mempengaruhi tingginya permintaan konsumsi yang memicu pergerakan sejumlah komoditas.

"Secara tahunan kecenderungannya memang seperti itu, ada Natal dan momentum pergantian tahun. Apalagi awal Desember lalu ada peringatan Maulid," katanya, Selasa (2/1/2018).

Secara terperinci, kelompok pengeluaran bahan makanan membentuk indeks sebesar 2,59% sehingga berpengaruh signfikan terhadap laju inflasi bulanan Sulawesi Selatan per Desember 2017.

Kemudian pada kelompok pengeluaran sandang mengalami kenaikan indeks sebesar 1,31%, lalu kelompok perumahan listrik gas 0,63%, serta kelompok pengeluaran lainnya yang kompak mengalami kenaikan indeks pada akhir tahun lalu.

Adapun komoditas utama yang cenderung mengalami pergerakan harga cukup tinggi diantaranya beras, cabai, tarif angkutan udara, ikan bandeng serta sejumlah komoditas pertanian.

Besaran inflasi Sulsel pada periode akhir tahun maupun secara tahunan (Januari-Desember 2017) itu bahkan lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia.

Sebelumnya, Bank Indonesia Perwakilan Sulsel memproyeksikan inflasi Sulsel pada Desember 2017 hanya berada paa rentang 05,%-0,9% serta laju inflasi tahunan di sasaran 3,37% +/- 1%.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulsel Bambang Kusmiarso sebelumnya mengatakan besaran inflasi memungkinkan berada di atas estimasi jika terjadi kejadian luar biasa dari sisi permintaan masyarakat.

"Inflasi berasal dari seluruh komponen disagregasi. Dari inflasi inti,tarikan permintaan konsumsi RT diprakirakan memberikan tekanan. Sedangkan dari administered price, inflasi berasal dari kenaikan harga tiket pesawat terbang. Adapun inflasi volatilefood dapat diredam melalui peningkatan kerjasama TPID," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper