Bisnis.com, MAKASSAR - Belum lama ini Bank Indonesia memutuskan memangkas suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5%. Keputusan tersebut diproyeksi bisa memberi dampak terhadap pertumbuhan kinerja penyaluran kredit di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang selama ini tumbuh kurang bergairah.
Namun, bank sentral memberi catatan, harapan membaiknya kinerja pembiayaan bisa tercapai apabila perbankan juga turut menurunkan suku bunganya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulsel Rizki Ernadi Wimanda mengatakan penurunan BI Rate memang disertai harapan penurunan suku bunga bank, termasuk bunga deposito, tabungan, hingga kredit.
Pasalnya penurunan suku bunga bank akan meningkatkan permintaan kredit karena pinjaman menjadi lebih murah dan menarik bagi masyarakat serta dunia usaha.
Hal ini akan memberi efek domino yang begitu besar. Jika kredit tumbuh tinggi, maka dipastikan kinerja usaha membaik, investasi meningkat, hingga ekonomi menggeliat.
Kendati demikian, kondisi yang biasanya terjadi justru tak mencerminkan harapan. Rizki mengatakan perbankan malah kadang cenderung lambat menurunkan suku bunga saat BI Rate turun. Sisi likuiditas kerap menjadi alasan mereka tidak segera menurunkan suku bunganya.
Baca Juga
Namun, dia tetap berharap perbankan segera menurunkan suku bunga karena kinerja penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat justru meningkat. Artinya likuiditas bank sejauh ini masih terjaga.
"Penurunan BI Rate harapannya diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan. Suku bunga bank yang turun akan mendorong pertumbuhan kredit. Jadi akan berefek besar ke perekonomian Sulsel," jelas Rizki melalui konferensi pers di Makassar, Selasa (26/8/2025).
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran kredit perbankan di Sulsel per Juni 2025 tercatat sebesar Rp167,47 triliun, hanya tumbuh 3,89% secara tahunan (year on year/YoY).
Kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bahkan hanya tumbuh 1,37% atau terealisasi Rp61,62 triliun. Pertumbuhan moderat ini melanjutkan tipisnya kinerja sepanjang 2024, di mana penyaluran kredit periode tersebut sebesar Rp164,29 triliun yang tumbuh 4,23%. Sementara kredit UMKM sepanjang 2024 tercatat sebesar Rp61,52 triliun atau tumbuh mendatar 1,98%.