Bisnis.com, MAKASSAR - Penerimaan kepabeanan dan cukai di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sepanjang Januari-April 2025 tercatat sebesar Rp99,44 miliar, mengalami penurunan cukup dalam mencapai 24,63% jika dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sulawesi Bagian Selatan (Kanwil DJBC Sulbagsel) Alimuddin Lisaw mengatakan penurunan realisasi terjadi karena penerimaan bea masuk anjlok.
Hingga April 2025 pendapatan dari bea masuk hanya Rp52,21 miliar, terkontraksi sangat dalam mencapai 47,67%, hampir setengahnya dari capaian periode yang sama tahun lalu.
Hal tersebut diakibatkan karena tidak ada lagi importasi beras yang masuk ke Sulsel. Pasalnya kontribusi pendapatan impor dari beras di wilayah ini sendiri menyumbang sekitar 40% dari pendapatan.
"Tahun lalu pendapatan kita tinggi berasal dari impor beras. Tahun ini karena sudah masuk swasembada jadi tidak perlu impor lagi. Akibatnya berpengaruh ke realisasi penerimaan bea cukai secara keseluruhan," jelas Alimuddin, dikutip Kamis (29/5/2025).
Selain beras, importasi gula juga menyumbang penurunan pendapatan bea cukai, khususnya pada April 2025 akibat pabrik gula sedang melangsungkan pemeliharaan mesin.
Baca Juga
Pada bulan tersebut, penerimaan bea cukai di Sulsel hanya tercatat Rp18,17 miliar, lebih rendah dibandingkan April 2024 yang sebesar Rp20,83 miliar.
Meskipun bea masuk mengalami penurunan, realisasi bea cukai di Sulsel pada Januari-April 2025 secara keseluruhan masih bisa diimbangi oleh penerimaan bea keluar dan penerimaan cukai yang tercatat mengalami pertumbuhan.
Bea keluar terealisasi sebesar Rp19,87 miliar, tumbuh tinggi 114,26% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tersebut ditopang oleh terdongkraknya ekspor produk kakao dan adanya ekspor produk kernel kelapa sawit.
Sementara penerimaan cukai mencapai Rp27,36 miliar, meskipun naiknya hanya 19,51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Cukai masih berada pada tren yang sama, di mana awal tahun mengalami shortfall apabila dibandingkan dengan periode penutup tahun," tuturnya.