Bisnis.com, MAKASSAR - Bank Indonesia tetap optimis capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) akan mengalami peningkatan pada tahun ini dibandingkan 2024, meski dibayangi ketidakpastian perekonomian global.
Rentang sasaran pertumbuhan ekonomi Sulsel tak dikoreksi, tetap pada target maksimal pertumbuhan di angka 5,6%.
Meski pertumbuhan ekonomi wilayah ini pada kuartal I/2025 cukup baik di level 5,78%, namun berbagai tantangan tetap mengintai di kuartal-kuartal selanjutnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulsel Rizki Ernadi Wimanda menjabarkan beberapa strategi yang perlu dilakukan pemerintah di sisa tahun ini.
Pertama, perlu adanya penguatan pemanfaatan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk pembangunan infrastruktur strategis. Misalnya pembangunan jalan, rumah sakit, hingga jasa penyediaan air minum.
Begitu pun dengan upaya akselerasi pembuatan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota yang terintegrasi dengan sistem Online Single Submission (OSS).
Baca Juga
Strategi ini penting mengingat telah terjadi penurunan kinerja lapangan usaha konstruksi selama tiga tahun terakhir, yang meliputi penurunan belanja modal APBN/APBD dan berkurangnya jumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) di Sulsel dari yang semula 9 proyek menjadi hanya 5 proyek saja.
Kedua, perlu ada diversifikasi perluasan pasar ekspor rumput laut Sulsel ke Australia. Pasalnya pasar komoditas ini kurang terdiversifikasi, didominasi pasar China dengan harga jual yang kurang kompetitif dan berpotensi terdampak perang tarif Amerika Serikat-China.
"Bisa dengan mengembangkan spesifikasi produk yang sesuai dengan pasar Australia seperti varietas asparagopsis dan sargasssum, kemudian memanfaatkan kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement untuk perluasan akses pasar," jelas Rizki di Makassar, Senin (19/5/2025).
Ketiga, perlu pengembangan dan penggunaan bibit unggul pertanian padi, akselerasi pembangunan jaringan irigasi teknis dari Bendungan Jenelata dan Pamukkulu, serta replanting kakao usia tua.
Strategi ini bisa menjadi solusi dari adanya ancaman penurunan produksi padi di kuartal ketiga 2025 hingga ancaman penurunan produktivitas kakao yang diakibatkan realisasi impornya lebih besar dibanding ekspor.
Terakhir, Pemerintah Provinsi Sulsel bisa menyusun strategi dan roadmap bersama pemerintah pusat untuk membangun ekosistem EV baterai di wilayah ini yang berbasis local value chain nikel.
"Ini bisa menjawab tantangan dari industri pengolahan yang masih terbatas pada produk setengah jadi seperti ferro nickel, hingga belum adanya ekosistem baterai EV," tutur Rizki.
Sementara itu Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani dalam kunjungannya ke Makassar belum lama ini mengatakan Sulsel tidak melulu harus fokus pada hilirisasi, namun perlu diperhatikan juga pada industri hulunya.
Utamanya pada sektor-sektor potensial seperti perkebunan, perikanan, dan pangan.
"Kebutuhan nasional pada beberapa komoditas di tiga sektor itu kan 70%-nya masih bergantung pada impor, itu bisa menjadi peluang besar Sulawesi dalam upaya pemenuhannya," paparnya.
Selain itu perlu juga diberikan insentif kepada para pelaku UMKM di wilayah ini agar mereka bisa segera naik kelas. Pemberian insentif yang masif dipercaya akan mempercepat mereka masuk dalam ekosistem ekonomi yang lebih besar.
"Insentif misalnya ada dorongan dari perusahaan besar untuk membeli produk dari UMKM. Begitu juga insentif pajak bagi mereka. Hal ini akan membuat para pelaku UMKM berlomba-lomba memajukan usahanya menjadi skala yang lebih besar," tutupnya.