Bisnis.com, MAKASSAR - Destinasi wisata populer di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Bugis Waterpark Adventure mencatatkan jumlah kunjungan wisatawan saat libur Lebaran hingga H+4 sebanyak 4.532 kunjungan, mengalami penurunan sekitar 18%.
Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, kunjungan ke lokasi ini bisa mencapai 5.542 kunjungan.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan capaian saat momen libur biasanya yang cenderung terus mengalami peningkatan. Misal pada libur sekolah tahun lalu yang justru meningkat pesat hampir 100%, di mana saat itu pengunjung Bugis Waterpark Adventure bisa menyentuh sekitar 20.000 pengunjung.
Bugis Waterpark Adventure Manager Fadly Indra Pramudya mengakui turunnya angka kunjungan wisatawan salah satunya disebabkan akibat dampak pelemahan daya beli, yang juga berimplikasi pada penurunan jumlah pemudik. Dia meyakini hal tersebut dari analisis data kunjungan beberapa momen belakangan ini.
Apalagi, stimulus telah diberikan dengan mematok harga tiket khusus saat libur Lebaran hanya Rp65.000 saja, jauh lebih murah dibanding hari biasanya yang mencapai Rp150.000 untuk weekdays dan Rp200.000 untuk weekend. Di momen sebelumnya, stimulus ini ampuh dalam mendongkrak kunjungan
"Secara dampak dari perihal tersebut (penurunan daya beli) memang terjadi pada libur lebaran tahun ini, tapi kondisi ini telah kami prediksi berdasarkan beberapa data pada momen libur sebelumnya," ungkap Fadly kepada Bisnis, Minggu (6/4/2025).
Baca Juga
Oleh sebab itu dia berharap akan terjadi perbaikan ekonomi secara menyeluruh ke depannya, sehingga dapat memberi dampak positif khususnya pada sektor hiburan dan pariwisata.
"Paling penting ya itu perbaikan secara ekonomi untuk masyarakat, karena dengan itu tentunya daya beli masyarakat juga akan bertumbuh. Kalau dari sisi kami, peningkatan secara layanan serta fasilitas sehingga dapat memberikan pengalaman liburan terbaik kepada seluruh pengunjung," tuturnya.
Sebelumnya, Core Indonesia, sebagai lembaga think tank riset independent, dalam laporannya menyebut Ramadan dan Idulfitri 2025 agaknya tidak banyak membawa berkah bagi konsumsi rumah tangga. Sebaliknya, muncul sinyal kuat adanya anomali pada daya beli masyarakat Indonesia
Carut marut ekonomi domestik disinyalir menjadi faktor utama yang menekan konsumsi rumah tangga, mulai dari PHK masif yang terjadi sejak 2022, sulitnya mencari lapangan kerja formal, dan terjerembapnya pertumbuhan upah riil di berbagai sektor utama.
Di laporan yang berjudul Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025, sejumlah indikator ekonomi menunjukkan tingkat konsumsi masyarakat tidak menunjukkan gairah. Secara langsung, pelemahan konsumsi dapat dilihat mulai dari tren berbelanja untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran yang tidak tampak.