Bisnis.com, MAKASSAR — Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadikan Desa Tonasa di Kecamatan Tombolo Pao sebagai pusat penangkaran bibit benih alpukat varietas lokal Sulsel. Lokasi ini diproyeksikan akan jadi sentra pengembangan dan titik awal penyebaran alpukat varietas Tombolo Pao hingga ke beberapa daerah di Indonesia.
Kepala UPT Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Dinas Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kabupaten Gowa, Saharia mengatakan desa ini menjadi satu-satunya lokasi penangkaran bibit alpukat lokal di Sulsel.
Secara lokasi, baik dari sisi ketinggian tempat yang berada di sekitar 900 mdpl, kesuburan tanah, kemiringan tanah, sumber air yang mencukupi, hingga antusiasme petani dalam membudidayakan buah alpukat, desa ini sangat cocok dijadikan sentra pengembangan.
"Desa Tonasa kami kembangkan jadi lokasi penangkaran bibit alpukat varietas lokal, nantinya setiap rumah ada alpukat, supaya jadi kampung alpukat. Tujuannya agar benih alpukat tidak lagi pesan dari Jawa, bahkan kita akan coba jual sampai ke luar Sulsel, supaya ekonomi petani naik," paparnya kepada wartawan, Minggu (17/11/2024).
Sejauh ini, di lokasi tersebut, alpukat varietas lokal Tombolo Pao telah dikembangkan dengan dikawinkan bersama varietas unggul seperti Kalibening dan Wina Bandungan, agar menghasilkan buah yang lebih berkualitas dari sebelumnya. Hasilnya ukuran alpukat bisa jadi lebih besar hingga mencapai berat 1,7 kilogram per buah.
Selain dua varietas tadi, pengembangan juga akan dimulai dengan perkawinan varietas lokal dengan beberapa varietas lain seperti Idola, Cipedak, Mega Paninggahan, Kendil dan Aligator. Tujuannya agar tercipta mandiri benih untuk para petani dan alpukat lokal bisa kembali diminati oleh pasar lokal maupun nasional.
Baca Juga
Di desa penangkaran ini, juga dilakukan pelatihan dan pendampingan budi daya alpukat mulai dari persiapan lahan, pemberian saprodi hingga pelatihan panen dan pasca panen. Selain itu, para petani juga diberikan pelatihan dan pendampingan produksi benih alpukat unggul hingga pelatihan produksi olahan alpukat dan manajemen usaha.
"Pasar alpukat itu potensial. Untuk dukungan dari Pemkab, kami akan coba untuk membeli alpukat-alpukat ini jika ada kegiatan. Kemudian kami akan bantu nanti menjual di area Sulsel dulu untuk buah atau bibitnya. Selanjutnya kami akan dukung untuk penjualan yang lebih luas apabila area penangkaran juga semakin luas," jelas Saharia.
Peneliti dari Badan Perakitan Modernisasi Pertanian Buah Tropical, Henri memandang pembentukan pusat penangkaran menjadi inisiasi yang berkelanjutan dan akan berdampak positif dalam membantu petani untuk mengoptimalkan potensi budi daya alpukat, meningkatkan pendapatan, dan membangun fondasi ekonomi yang lebih baik di masa depan.
Melalui dukungan yang konsisten, baik dalam bentuk bantuan materiil maupun pelatihan teknis, program seperti ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi daerah secara keseluruhan sehingga daerah ini bisa kembali menjadi daerah sentra produksi alpukat di Sulsel.
Dari monitoring yang telah dilakukan pihaknya beberapa waktu lalu, dia menambahkan, pembenihan alpukat varietas unggul di Desa Tonasa mulai diwujudkan. Keseriusan petani semakin terlihat dengan senantiasa memproduksi benih alpukat varietas unggul, mendaftarkan pohon induk ke Balai Pengawasan & Sertifikasi Benih Dinas Pertanian, serta memasarkan secara intens benih hasil produksi mereka di media sosial dan di pasar-pasar tradisional setempat.
"Dengan komitmen dari petani akan pembentukan lokasi penangkaran bibit, nantinya petani alpukat baik yang ada di sekitar kawasan ini atau yang ada di daerah lain, tidak perlu membeli benih alpukat unggul dari luar Sulsel jika ingin melakukan budi daya alpukat," tutupnya.