Bisnis.com, MAKASSAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kinerja industri perbankan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) cukup sehat melihat dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit yang terjadi per Juli 2024.
Kepala Kantor OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) Darwisman merinci, total aset perbankan di Sulsel per Juli 2024 tercatat sebesar Rp198,09 triliun, tumbuh 8,17% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp183,13 triliun.
Bank umum menyumbang aset paling besar senilai Rp194,34 triliun, yang mengalami pertumbuhan 8,21% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan Bank Perekonomian Rakyat (BPR) total asetnya sebesar Rp3,75 triliun dan mengalami pertumbuhan 6,24%.
Dari sisi DPK di wilayah ini pada periode tersebut terkumpul Rp132,14 triliun, tumbuh 7,40% jika dibandingkan per Juli 2023 yang hanya Rp123,03 triliun. Sementara kredit tercatat telah tersalurkan Rp161,53 triliun, tumbuh 8,35% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp149,07 triliun.
Adapun kinerja intermediasi perbankan Sulsel masih terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 124,58 dan tingkat rasio kredit bermasalah berada di level aman 3,02%.
"Stabilitas kinerja perbankan ini sejalan dengan kondisi sektor jasa keuangan secara nasional yang dinilai terjaga stabil didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas memadai di tengah ketidakpastian global akibat tensi geopolitik serta perlambatan perekonomian global," ungkap Darwisman melalui keterangan resmi, Rabu (18/9/2024).
Baca Juga
Sementara itu perbankan syariah menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi pada posisi Juli 2024. Hal ini tercermin dari asetnya yang tumbuh sebesar 18,55% menjadi Rp15,38 triliun. Jika dibandingkan posisi Juli 2023, aset bank syariah di Sulsel hanya Rp12,97 triliun.
Penghimpunan DPK juga tumbuh cukup tinggi sebesar 23,17% menjadi Rp11,13 triliun, jika dibandingkan per Juli 2023 tercatat hanya Rp9,03 triliun. Sementara penyaluran pembiayaan tumbuh sebesar 17,46% menjadi Rp13,09 triliun posisi Juli tahun ini.
"Tingkat intermediasinya juga terjaga berada pada level 117,65% dengan rasio kredit bermasalah pada level aman 2,31%," tuturnya.