Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketika Bank Daerah Menggandeng Tekfin

Kerja sama bank daerah dengan sejumlah perusahaan teknologi finansial (tekfin) peer to peer (P2) lending atau peminjaman diharapkan dapat menjadi solusi untuk menumbuhkan bisnis kedua layanan finansial tersebut.
Direktur Utama Bank SulutGo Jeffry A. M. Dendeng (kanan) dan Direktur Welan T. Palilingan memberikan paparan mengenai kinerja perusahaan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Kamis (12/10)./JIBI-Dedi Gunawan
Direktur Utama Bank SulutGo Jeffry A. M. Dendeng (kanan) dan Direktur Welan T. Palilingan memberikan paparan mengenai kinerja perusahaan saat berkunjung ke kantor redaksi Bisnis Indonesia, di Jakarta, Kamis (12/10)./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, MANADO – Kerja sama bank daerah dengan sejumlah perusahaan teknologi finansial (tekfin) peer to peer (P2) lending atau peminjaman diharapkan dapat menjadi solusi untuk menumbuhkan bisnis kedua layanan finansial tersebut.

Pekan lalu, sejumlah bank daerah menandatangani nota kesepahaman dengan tekfin peminjaman.

PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Bank Sulutgo) merupakan salah satunya. Bank ini menggandeng lima perusahaan tekfin, yakni Akseleran, Investree, Adakami, Pintek, dan Fintag.

Direktur Operasional Bank Sulutgo Welan Palilingan menjelaskan, kerja sama ini diharapkan dapat mendongkrak portofolio kredit produktif perseroan yang saat ini hanya mencapai sekitar 12 persen. Dia mengharapkan, kerja sama lanjutan dapat terealisasi dalam waktu dekat.

“Dalam satu atau dua bulan, kami akan mulai jalani kerja sama dengan fintech [financial technology], khususnya Investree, untuk kredit pengadaan pemerintah, invoice financingyang sudah terkonfirmasi, tagihan yang sudah akan dibayar, term of payment,” jelasnya kepada Bisnis, Sabtu (4/8/2019).

Dia menjelaskan, Investree dinilai memiliki memiliki profil risiko peminjam yang cocok dengan Bank Sulutgo. Selain itu, tingkat bunga yang ditawarkan untuk perseroan dinilai cukup mengimbangi biaya dana perseroan.

“Sebenarnya suku bunga fintech ini di atas rata-rata pinjaman bank, sangat sesuai karena CoC [Cost of Fund/biaya dana] kami relatif lebih tinggi. Kalau melalui Investree contohnya, kami bisa dapat sekitar 12 persen minimum, bahkan lebih,” katanya.

Di samping itu, menurutnya kolaborasi dengan perusahaan tekfin akan memberi dampak positif bagi bank dalam pengembangan teknologi. Menurutnya, sulit bagi bank daerah untuk mengembangkan platform teknologi secara individu.

Sebagai langkah awal, penyaluran kredit melalui tekfin peminjaman dapat mendongkrak portofolio kredit produktif Bank Sulutgo sebesar 2 persen—3 persen. Secara nominal, penambahan kredit itu diperkirakan mencapai sekitar Rp50 miliar.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Harian Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Kuseryansyah menjelaskan, kerja sama dengan bank daerah ini diharapkan dapat meningkatkan portofolio penyaluran pinjaman tekfin di Indonesia.

Menurutnya, bank daerah memiliki dana pihak ketiga (DPK) yang cukup besar dan bisa dimanfaatkan melalui pinjaman tekfin. Hal itu, imbuhnya, dapat berkontribusi positif dalam menggapai pasar yang selama ini tak memperoleh akses kredit perbankan.

“Tantangan dalam kolaborasi ini ke depannya adalah bagaimana menjangkan sektor unbankable yang masih besar ini. Nah ini yang bisa masuk melalui fintech, karena kami masuk lewat teknologi, kami melakukan underwriting data alternatif,” katanya kepada Bisnis, Minggu (4/8/2019).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Heru Kristiyana juga mendorong kerja sama bank daerah dengan tekfin. Menurutnya, kerja sama ini mendorong bank agar dapat melayani nasabah melalui ponsel pintar.

“Kita tidak bisa lagi mengatakan bank memiliki niche market atau nasabah yang loyal. Sekarang, nasabah hanya loyal pada smartphone. Kalau bank daerah tidak bisa melayani nasabah melalui smartphone, pasti akan kolaps dikalahkan tekfin yang lebih cepat,” katanya, Jumat (2/8/2019).

Dia juga mengataka bahwa persaingan dengan teknologi juga membuat penghimpunan DPK perbankan semakin menjadi tantangan. Menurutnya, hal ini disebakan tingginya keterarikan masyarakat untuk berinvestasi melalui tekfin dan surat berharga negara (SBN).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper