Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sulutgo Pacu Penyaluran Kredit Produktif ke Pemerintah Daerah

PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Bank Sulutgo) menyasar tiga sektor utama dalam mendorong pertumbuhan kredit yang sempat menyusut pada tahun lalu.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, MANADO—PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Bank Sulutgo) menyasar tiga sektor utama dalam mendorong pertumbuhan kredit yang sempat menyusut pada tahun lalu.

Direktur Utama Bank Sulutgo Jeffry A.M. Dendeng mengatakan bahwa pada tahun ini perseroan akan menyasar penyaluran kredit pada pemerintah daerah. Pinjaman tersebut, lanjutnya, difokuskan pada pembiayaan proyek infrastruktur dan konstruksi pemerintah.

“Kami akan konsentrasi pada pinjaman pemerintah daerah, ini untuk membiayai proyek rumah sakit, infrastruktur, dan ketiga itu konstruksi, tiga ini yang akan kami fokus,” jelasnya di Manado, belum lama ini.

Dia mengatakan, sejauh ini calon debitur yang sudah pasti mendapatkan kucuran kredit dari perseroan adalah Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Minahasa, dan Provinsi Gorontalo. Menurutnya, para calon debitur tersebut tengah berkorenspondensi dengan Kementrian Keuangan terkait penarikan pinjaman tersebut.

“Ini dulu yang pasti, ini mereka sedang surat menyurat dengan Kementrian Keuangan, ada sekma khusus nantinya, tidak sama dengan kredit lain,” ujarnya.

Jeffry mengatakan, strategi penyaluran kredit ke sektor produktif tersebut juga didorong oleh melemahnya pertumbuhan kredit konsumsi yang terjadi di Sulawesi Utara. Meski demikian, porsi kredit konsumsi masih menjadi yang tertinggi di kawasan tersebut.

Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK),  penyaluran kredit di Sulawesi Utara didominasi oleh jenis kredit konsumsi sebesar Rp22,06 triliun. Adapun, total kredit investasi dan kredit modal kerja masing-masing mencapai Rp5,09 triliun dan Rp9,72 triliun.

Sementara itu, berdasarkan pertumbuhannya, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan paling tinggi, yakni sebesar 14,25% secara tahunan. Adapun, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh 8,84% dan 4,48%.

“Jumlahnya masih paling tinggi tapi pertumbuhannya memang sudah terbatas, memang ASN juga sudah tidak banyak, gaji juga tidak terlalu banyak peningkatan makanya pertumbuhannya kecil,” ujarnya.

Pada akhir tahun lalu, penyaluran kredit Bank Sulutgo mencapai Rp11,1 triliun, tumbuh 1,84% secara tahunan. Di sisi lain penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan 16,88% secara tahunan menjadi Rp10,79 triliun.

Kinerja tersebut membuat perseroan torehan laba bersih perseroan pada akhir tahun lalu mengalami penyusutan. Berdasarkan periode laporan bulanan Desember 2018, laba bersih Bank Sulutgo mencapai Rp260,27 miliar, menurun 13,81% dibandingkan tahun sebelumnya.

Jeffry menuturkan, kinerja tersebut disebabkan oleh tantangan yang cukup berat bagi industri perbankan pada tahun lalu. Tekanan likuiditas, khususnya, membuat persaingan penghimpunan dana memanas dan berimbas pada penyaluran kredit yang tidak terlalu agresif.

“Tahun lalu memang likuiditas tahun lalu ketat karena bunga [simpanan] yang tinggi. Memang persaingannya luar biasa,” ujarnya.

Namun demikian, dia mengatakan bahwa tekanan likuiditas sudah mulai reda pada awal tahun in. Dana pemerintah yang keluar pada akhir tahun lalu, lanjutnya, kini sudah kembali ke perseroan. Tambahan dana tersebut membuat likuiditas sedikit melonggar.

“Sekarang sudah tidak terlalu [ketat likuiditas], karena kan untuk kami, dana-dana pemerintah mulai balik, mulai 2—3 januari lah mulai masuk,” imbuhnya.

Dihubungi terpisah, sebelumnya Kepala OJK Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara (Sulutgomalut) Slamet Wibowo menyatakan, regulator akan mendorong pertumbuhan kredit dapat di kawasan Sulawesi Utara (Sulut) dapat mencapai kisaran 13% pada tahun ini, atau sejalan dengan target perbankan nasional.

Dia menambahkan, pertumbuhan kredit Sulut pada tahun ini diperkirakan bakal didominasi oleh kredit modal kerja dan kredit investasi. Senada, dia menyampaikan bahwa kredit konsumsi diperkirakan akan tumbuh stagnan pada ini.

“Paling besar [pertumbuhannya] memang investasi, nomor dua modal kerja. Kalau konsumsi sudah mentok pertumbuhannya, tidak hanya perbankan, di pembiayaan juga. Peluang paling besar di modal kerja, sehingga yang lain growth-nya agak tertekan,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper