Bisnis.com, MANADO – Bank Indonesia memproyeksi pembayaran Tunjangan Hari Raya pada bulan ini berisiko mengerek laju inflasi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo mengestimasi tekanan inflasi yang masih cukup tinggi pada bulan lalu mulai mereda. Namun, ada risiko yang muncul dari guyuran Tunjangan Hari Raya (THR).
“Perlu diwaspadai belanja masyarakat yang berpotensi berlebihan menjelang Hari Raya Idulfitri pascapembayaran THR dapat menjadi faktor pendorong inflasi pada Juni,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Senin (4/6/2018).
Kendati demikian, sambung dia, BI Sulut masih memperkirakan inflasi Bumi Nyiur Melambai pada tahun ini masih ada di sasaran rentang 2,5±1% (year on year/yoy). Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulut telah melakukan upaya antisipatif melalui koordinasi intensif.
Berdasarkan rilis teranyar Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, inflasi Kota Manado pada Mei 2018 tercatat 0,55%. Angka tersebut memang lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya 1,09%. Namun, pada Mei 2017, Manado justru mencatatkan deflasi 1,13%.
Angka inflasi bulanan (month-to-month/mtm) tersebut secara otomatis membuat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) hingga Mei tahun ini tercatat sebesar 3,97%. Realisasi ini lebih tinggi dari posisi periode yang sama tahun lalu sebesar 3,50%.
Tomat sayur masih menjadi penyumbang inflasi terbesar pada bulan lalu dengan inflasi sebesar 0,37%. Dari hasil pemantauan, kenaikan harga tomat sayur ini memang masih terjadi bulan lalu, meskipun tidak sebesar pada April 2018.
Upaya-upaya TPID, sambung Soekowardojo, a.l. mencakup inspeksi mendadak (sidak) pasar, pasar murah, operasi pasar bersama Bulog, penguatan fungsi Toko Tani Indonesia Center (TTIC), serta pengendalian ekspektasi pasar melalui informasi terkini ketersediaan pangan.
“Upaya tersebut diharapkan mampu untuk menjadi langkah antisipatif dalam menjaga stabilitas harga pangan menjelang Hari Raya Idulfitri yang jatuh di bulan ini,” imbuhnya.
Terkait dengan tomat sayur, lanjutnya, ada kecenderungan penurunan pasokan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, cuaca yang tidak menentu sehingga membuat petani mendorong bersikap menunggu untuk menghindari risiko kerusakan.
Kedua, selisih harga positif antar Manado dan daerah lain mendorong petani melakukan arbitrase dengan menjual ke luar daerah. Ketiga, harga cabai yang lebih tinggi dari tomat sayur mendorong petani memilih menanam cabai.
Keempat, saprodi (bibit dan pupuk) di beberapa tempat dilaporkan mengalami kendala untuk pasokannya.
“Diperkirakan untuk Mei 2018, tekanan inflasi berpotensi menurun, sejalan dengan menurunnya permintaan terhadap bahan makanan akibat berakhirnya periode bulan puasa,” kata Soekowardojo.