Bisnis.com, MAKASSAR - Bank Indonesia menjalin kerjasama dengan tiga pondok pesantren di Sulawesi Selatan dalam kerangka pengembangan ekonomi berbasis syariah di daerah tersebut.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulsel Bambang Kusmiarso mengemukakan jalinan kerjasama itu selanjutnya diarahkan pada pengembangan kemandirian ekonomi pesantren dengan mengoptimalkan sumber daya pada institusi tersebut.
Adapun bank sentral akan memberikan bantuan teknis mencakup pelatihan, pendampingan hingga fasilitasi sehingga memiliki manfaat optimal bagi pesantren maupun masyarakat secara luas.
"Ini jadi langkah awal, kedepannya kami berharap ada kontribusi dari berbagai pihak, pemda, perbankan syariah, asosiasi pengusaha serta akademisi untuk bersama-sama mengembangkan kemandirian ekonomi pesantren," katanya, Selasa (27/1/2018).
Hal tersebut dikemukakan Bambang usai penandatanganan kesepakatan bersama antara Bank Indonesia dengan tiga pondok pesantren di Sulsel, yakni Pesantren As'Adiya, Pesantren Darud Da'wah Wal Irsyad serta Pesantren Shohwatul Is'ad.
Jalinan kerjasama itu diharapkan bisa membuat pesantren memiliki konsep dan program pengembangan perekonomian yang terencana dan terarah.
Apalagi, papar Bambang, seluruh pesantren itu telah memiliki aset produktif maupun embrio usaha skala kecil yang ikut menopang pemberdayaan pondok pesantren tersebut.
Selain itu, bank sentral dalam masa pendampingan bakal mendorong penciptaan unit bisnis baru di lingkungan pesantren yang nantinya mampu ikut menumbuhkan semangat etrepreneurship kalangan santri.
"Tentunya serangkaian hal tersebut itu bisa pula menjadi peluang bagi pesantren dalam meningkatkan kualitas infrastrukur pendidikan, yang selanjutnya lebih meningkatkan kapasitas serta kemandirian ekonomi pesantren," tuturnya.
Menurut dia, pesantren pada dasarnya memiliki potensi untuk menjadi pilar perekonomian kerakyatan secara luas, sejalan dengan pengembangan pada sisi pendidikan, kegamaan dan sosial.
Pada skala yang lebih luas, Bambang menjelaskan jika kerjasama dengan pesantren Sulsel itu menjadi bagian desain bank sentral pada program pengembangan ekonomi pesantren secara nasional untuk persiapan ke tahap pembentukan holding pesantren.
Pendampingan secara intensif menjadi instrumen strategis untuk menuju pembentukan holding pesantren, di mana penguatan kualitas manajemen agar mampu dikembangkan secara berkesinambungan.
"Sehingga pesantren bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar. Sehingga memang perlu ada sinergi yang tertata, agar bisa memberikan manfaat yang semakin baik untuk seluruh pihak," katanya.