Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah perlu memikirkan pengelolaan manajemen stok beras menghadapi panen raya yang diproyeksi datang pada Februari – Maret mendatang.
Sutarto Alimoeso, Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), mengatakan isu mengenai impor 500.000 ton beras medium tidak akan menjadi perbincangan hangat dalam sepekan mendatang.
Menurutnya, menjelang panen raya bulan depan, pemerintah akan disibukkan dengan persoalan jatuhnya harga gabah.
“Ini yang perlu disiapkan, pemerintah mau menetapkan harga pokok produksi berapa?” katanya dalam sebuah diskusi di KPPU, Senin (15/1/2018).
Untuk itu, pelaku penggilingan padi diminta diajak untuk memastikan ketersediaan pasokan beras hingga akhir tahun. Sutarto menjelaskan pemerintah diharapkan memanfaatkan momentum panen raya dengan mengupayakan gabah kering panen (GKP) yang memiliki kadar air rendah.
“Pelaku penggilingan padi siap jika diajak kerja sama dengan Bulog, bahkan jika mau mengadakan pasokan 3 – 4 juta ton beras,” katanya.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin menyebutkan persoalan impor beras akan memberikan dampak psikologis bagi petani hingga perilaku konsumen.
Jika impor beras juga diarahkan kepada keberlanjutan manajemen stok, lanjut Bustanul, impor beras dapat dikatakan memberi manfaat. Selain itu, ke depannya, persoalan produksi berkelanjutan juga wajib dilakukan pemerintah.
“Sekarang kalau pemerintah mau bantu petani, fokuslah ke dryer. Karena nanti penggiling padi kecil juga mendapatkan manfaatnya.” katanya.
Senada dengan Perpadi, Direktur Utama PT. Food Station Tjipinang Jaya Arief Prasetyo Adi mengharapkan pemerintah menyiapkan dryer di kalangan pelaku penggilingan padi untuk memastikan beras dapat disimpan hingga akhir tahun.
“Saya kira usulan dari para ahli sudah baik, tinggal bagaimana eksekusinya. Kalau melihat persoalan importasi, maka kita juga harus objektif. Ada juga kok, seperti di Sulawesi memiliki cadangan pasokan yang berlebih,” katanya.
Saat ini, 35% pasokan beras Pasar Induk Cipinang berasal dari Bulog dengan stok terkini mencapai 30.000 ton. Dengan potensi berlebihnya pasokan beras yang ada di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, pihaknya akan mendatangkan beras dari lokasi tersebut.