Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gorontalo Perkuat Daya Saing Komoditas Kelapa

Usaha memperkuat daya saing tersebut bakal tak maksimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah. Butuh keterlibatan semua pihak, khususnya swasta.
Petugas kebersihan memindahkan limbah kelapa muda di Pantai Padang, Sumatra Barat, Rabu (10/4/2019). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang mencatat, produksi limbah kelapa muda di kota itu mencapai 7 ton per hari namun belum bisa dimanfaatkan secara maksimal karena terkendala alat yang belum memadai./ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Petugas kebersihan memindahkan limbah kelapa muda di Pantai Padang, Sumatra Barat, Rabu (10/4/2019). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang mencatat, produksi limbah kelapa muda di kota itu mencapai 7 ton per hari namun belum bisa dimanfaatkan secara maksimal karena terkendala alat yang belum memadai./ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Bisnis.com, MANADO — Provinsi Gorontalo tengah mengakselerasi produksi, nilai tambah, dan daya saing komoditas kelapa sejalan dengan program peningkatan ekspor pertanian hingga tiga kali lipat.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Gorontalo, Mulyadi Mario, mengungkapkan luas areal komoditas kelapa mencapai 68.813 hektare (ha) pada 2018. Dari situ, produksi yang dihasilkan sebanyak 56.766 ton dengan rerata produktivitas 1.222 kilogram (kg) per hektare.

Sebagai langkah pengembangan komoditas kelapa di Gorontalo, Mulyadi menyebut tengah dilakukan peremajaan lahan seluas 33.131 ha. Selain itu, masih dilakukan perluasan lahan sebesar 58.309 ha.

Dia mengungkapkan terdapat sejumlah langkah yang ditempuh  oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo dalam pengembangan komoditas kelapa. Salah satunya dengan pengadaan serta penyediaan pupuk dan benih kelapa.

Selanjutnya, Pemprov Gorontalo juga melakukan pemberian alat dan bahan penanggulangan organisme penganggu tanaman (OPT). Peralatan itu antara lain handsprayer, insektisida, dan herbisida.

“[Alat dan bahan] untuk kelompok tani kelapa dan pengolahan hasil serta pascapanen sudah dianggarkan tahun ini,” ujarnya dalam siaran pers, Senin (24/2/2020).

Di sisi lain, Mulyadi menyebut terdapat permasalahan modal dan teknologi yang masih belum maksimal untuk memenuhi target ekspor. Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas dari perusahaan yang bergerak di bidang kelapa untuk membantu petani dan perbaikan tanaman melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Dia membeberkan masalah petani kelapa yang harus segera diselesaikan yakni tanaman kelapa yang sudah berusia 50 tahun sampai 100 tahun. Kondisi itu membuat tingkat produksi semakin rendah.

Dari sisi teknologi, Mulyadi menjelaskan, bahwa teknologi yang digunakan masih sederhana. Akibatnya, produksi belum dapat memenuhi permintaan target volume dan waktu. “Petani masih membutuhkan peningkatan keterampilan,” imbuhnya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Tanaman Tahunan dan Penyegar Direktorat Perkebunan Kementerian Pertanian, Agus Wahyudi mengatakan untuk mendorong ekspor hasil perkebunan meningkat hingga tiga kali lipat tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri. Menurutnya, dibutuhkan kerja sama para pemangku kepentingan dan  pengusaha agar mampu melakukan percepatan.

“Hingga saat ini, sudah ada komitmen dari eksportir untuk mengakselerasinya. Apabila ada kendala di lapangan, Kementerian Pertanian akan membantu para pemangku kepentingan mulai dari hulu hingga proses ekspornya,” paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Andya Dhyaksa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper