Bisnis.com, MAKASSAR – Pelaku UMKM di Sulawesi Selatan berpeluang mempertebal kapasitas finansial mereka dengan memanfaatkan pasar modal sebagai instrumen investasi, demikian diungkapkan Kepala BEI Perwakilan Makassar Fahmin Amirullah.
Menurut dia, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) bisa saja menempatkan sebagian laba usaha dengan berinvestasi saham terkhusus yang terkait dengan fokus bisnis yang dijalankan.
"Misalnya UMKM peternakan yang mungkin selama ini menggunakan produk pakan dari CPIN atau MAIN, mereka punya analisis sendiri kapan momentum yang bagus untuk trading saham-saham tersebut," ujar Fahmin kepada Bisnis pada Kamis (23/8/2018).
Dia menjelaskan stakeholder sektor peternakan memiliki kaitan yang sangat erat dengan aktivitas CPIN maupun MAIN sehingga bisa memperkirakan kinerja masing-masing perusahaan untuk kemudian dikonversi menjadi acuan dalam trading saham.
Meski demikian, Fahmin mengakui bahwa permasalahan literasi pasar modal masih menjadi kendala bagi pelaku UMKM sehingga belum maksimal memanfaatkan peluang menambah pundi-punci cuan dari instrumen investasi tersebut.
"Maka itu, saat ini kami juga banyak melakukan sosialisasi kepada pelaku UMKM, beberapa kali berkolaborasi dengan Dinas UMKM daerah untuk lebih mengenalkan instrumen investasi ini [pasar modal]," tuturnya.
Upaya edukasi pasar modal bakal dilakukan secara berkelanjutan sehingga memperbesar porsi pelaku UMKM sebagai investor ritel atau pemanfaatan pasar modal.
Menurut Fahmin, hasil trading bisa saja digunakan untuk memperkuat permodalan UMKM untuk mendukung peningkatan kapasitas, di samping tentunya meningkatkan kesejahteraan masing-masing pelaku UMKM.
Meski demikian, dia mengakui Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Makassar tidak memiliki data perihal jumlah pelaku UMKM yang terdaftar sebagai investor karena berbaur dengan investor ritel secara umum.
Adapun perkembangan investor saham di wilayah kerja BEI Perwakilan Makassar terus mencatatkan pertumbuhan yang menggembirakan.
Sebagai gambaran, per Juli 2018 terdapat 10.779 investor sesuai dengan jumlah Single Investor Identification (SID) yang terdata oleh otoritas bursa.
Kemudian untuk jumlah rekening efek yang tercatat mencapai 12.603 Sub-Rekening Eefek (SRE) per Juli 2018.
Secara tahunan (year on year/YoY), jumlah SID itu bergerak 34,23% sedangkan untuk SRE sendiri 34,33%.
SID menggambarkan jumlah inevstor ritel yang berada di area kerja BEI Perwakilan Makassar, kemudian untuk SRE menjadi tolak ukur jumlah akun rekening investor yang menjadi penunjang dalam menjalankan aktvitas pemanfaatan pasar modal.
Lebih spesifik lagi, dari total investor ritel yang tercatat tersebut sekitar 30% berasal dari kalangan mahasiswa yang juga aktif melakukan aktivitas trading di pasar saham.
"Selebihnya itu adalah masyarakat umum, termasuk profesional dan bisa juga dari pelaku UMKM. Namun tidak menutup kemungkinan, ada juga segmen mahasiswa memiliki usaha berskala UMKM," tutur Fahmin.
Sebelumnya, Ketua Asosiasi UMKM Akumandiri Sulsel Bachtiar Baso mengakui pelaku UMKM sudah saatnya lebih melek pasar modal dan memanfaatkannya sebagai alternatif investasi.
"Namun memang masih sangat minim pelaku UMKM yang memanfaatkan itu. Mungkin yang di kota-kota besar sudah, tetapi di daerah-daerah masih perlu edukasi," ucapnya.
Menurut Bachtiar, pasar modal menjadi alternatif untuk pendanaan ketika akses ke perbankan tidak bisa ditembus UMKM.
"Di sini pentingnya edukasi agar UMKM ini lebih bermanfaat jadi investor saham. Intinya, butuh edukasi yang komprehensif, agar tidak sekadar terdaftar sebagai investor saham, tetapi dapat manfaat [untuk penambahan modal bisnis]," kata Bachtiar.