Bisnis.com, MAKASSAR - PT Vale Indonesia Tbk. tengah melakukan penjajakan intensif dengan jumlah investor asing dalam rangka rencana pengembangan wilayah tambang di Bahadopi dan Pomala.
Menurut Chief Financial Officer (CFO) Vale Indonesia Febriany Edy, seluruh investor asing itu merupakan korporasi global yang memiliki pengalaman dan kapasitas sumber daya pada sektor pertambangan mineral.
Menurutnya, seluruh calon investor itu berasal dari tiga negara yakni China, Jepang serta Jepang dan diklaim memiliki klasifikasi sebagai global player.
"Kami sangat selektif untuk memilih mitra untuk pengembangan ini, karena nantinya ada rencana pembangunan smelter yang dibangun memiliki jangka operasional jangka panjang hingga 50 tahun ke atas. Kami harus memilih teknologi terbaik untuk pabrik dan harus ramah lingkungan, sesuai dengan standar internasional," katanya saat dihubungi, Selasa (31/7/2018).
Selain itu, lanjut Febriany, aspek efesiensi juga menjadi titik perhatian perseroan dalam menentukan mitra sehingga mendukung kinerja perusahaan yang bersifat berkelanjutan mengikuti pergerakan harga komoditas nikel global yang bersifat fluktuatif.
Pada sisi lain, perseroan juga terus berupaya menjaga konsistensi kapasitas produksi terpasang melalui langkah pemeliharaan maupun improvement alat yang dimiliki perseroan.
Febriany menyebutkan, upaya itu diimplementasikan melalui alokasi belanja modal tahun ini hingga 80% untuk mendukung pemeliharaan alat produksi terpasang di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Adapun belanja modal perusahaan yang berkode saham INCO itu pada 2018 mencapai US$95 juta.
“Operasi beberapa peralatan sudah cukup tua, makanya saat ini sudah dilakukan pemesanan peralatan baru yang akan ditempatkan pada area mining juga," katanya.
Sebelumnya, CEO Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan perseroan juga memiliki target produksi hingga 90.000 ton per tahun yang diharapkan telah tercapai pada 2022 mendatang.
"Fasilitas dan alat produksi terus kita lakukan improvement," ujarnya saat perayaan HUT ke 50 Vale di Sorowako, pekan lalu.
Di sisi lain, dia juga memastikan pada 2019 mendatang bahwa Vale Indonesia bakal melakukan divestasi saham sebesar 20% untuk pemerintah Indonesia.
"Vale tidak punya kewajiban untuk divestasi menjadi 51%, itu bedanya dengan Freeport karena kita sudah menandatangani Kontrak Karya (KK) Amandemen.".